Dinamakan Perang Mu'tah karena perang ini terjadi di sebuah tempat yang bernama Mu'tah yaitu sebuah desa dekat Syam yang sekarang bernama Kurk. Perang Mu'tah berlangsung pada 5 Jumadil Awal 8 Hijriah. Perang ini terjadi antara pasukan Muslim yang dikirim oleh Nabi Muhammad saw. dan pasukan Bizantium.
Penyebab terjadinya Perang Mu'tah
Setelah terjadinya perjanjian Hudaibiyyah, Rasullulah saw. mengirimkan surat-surat dakwah sekaligus berdiplomasi kepada para penguasa negeri yang berbatasan dengan Jazirah Arab. Salah satunya Haris bin Umair Al-Azli yang diutus oleh Rasulullah saw. kepada Gubernur Bashra, yaitu Hanits bin Abi Syamr Al-Ghassani yg baru diangkat oleh Kekaisaran Romawi yang baru diangkat oleh kaisar Romawi.
Namun saat Haris bin Umair Al-Azli baru sampai di Mu'tah, ia ditangkap oleh Syurahbil bin Amer Al-Gassani. Mengetahui Haris adalah utusan Rasulullah saw, Syurahbil memerintahkan membunuh Haris dengan cara yang sangat kejam.
Peristiwa terjadinya Perang Mu'tah
Mendengar Haris bin Umair Al-Azli dibunuh saat menjalankan tugas, Rasulullah saw. pun sangat marah. Belum pernah ada sebelumnya utusan yang datang dibunuh dengan kejam seperti itu. Kemudian Rasulullah saw. memutuskan untuk meminta pertanggung jawaban memerangi mereka karena perbuatannya.
Sebanyak 3000 pasukan dipersiapkan, dipimpin oleh Zaid bin Harisah. Rasulullah saw. berpesan jika Zaid gugur harus digantikan Ja'far bin Abi Talib, dan jika Jafar gugur maka digantikan oleh 'Abdullah bin Rawahah. Rasulullah saw. berpesan kepada para panglima perang nya untuk meminta pertanggung jawaban atas terbunuhnya Haris bin Umair Al-Azli. Kemudian mengajaknya masuk Islam, jika tidak mau maka peperangan adalah jalan terakhir.
Berangkatlah kaum muslimin hingga tiba di desa Mu'an mereka mendengar kabar bahwa Kaisar Romawi Heraklius menyiapkan 200.000 pasukan menyambut kedatangan mereka. Kabar ini sempat mengejutkan Zaid bin Harisah dan awalnya ingin meminta bantuan ke Madinah. Tetapi Abdullah bin Rawahah berpendapat lain dan berkata dengan semangat, "Demi Allah, kalian tidak berani perang padahal kalian ingin syahid. Kita berperang bukan mengandalkan jumlah dan hebatnya kekuatan. Sebaliknya, kita berperang karena agama Allah yang telah menempatkan pada martabat mulia. Kini kita tidak punya pilihan selain menang atau mati syahid."
Mereka pun melanjutkan perjalanan hingga Mu'tah. Disinilah kaum muslimin bertemu dengan pasukan Romawi bersenjata lengkap, dan pertempuran hebat pun terjadi. Korban berguguran dari kedua belah pihak. Zaid bin Harisah menjadi pemimpin pertama yang gugur, digantikan Ja'far bin Abi Talib namun Ja'far pun gugur syahid. Kepemimpinan digantikan 'Abdullah bin Rawahah yang juga gugur syahid. Kaum muslimin menunjuk Khalid bin Walid yang baru masuk Islam untuk mengantikan kepemimpinan. Keahliannya berperang menjadi kekuatan tersendiri melawan pasukan Romawi.
Pertempuran terus berimbang berhari-hari hingga pada suatu malam Khalid merencanakan strategi perang yang dilaksanakan pagi harinya. Ternyata strategi ini berhasil dan pasukan musuh sampai ketakutan. Jumlah korban dari pasukan musuh begitu banyak sehingga mereka memutuskan mundur dari garis pertahanan.
Kaum muslimin tetap di garis pertahanan menunggu tindakan pasukan Romawi. Setelah dipastikan pasukan Romawi kembali ke negerinya. Khalid bin Walid pun memerintahkan pasukanya untuk kembali ke Madinah. Dalam perang ini 12 orang kaum muslimin gugur Syahid, sementara korban pihak Romawi lebih banyak lagi.
Hikmah dan Pelajaran dari Perang Mu'tah
- Membunuh dengan cara kejam adalah tindakan yang dilaknat oleh Allah Swt.
- Strategi yang tepat dapat memperoleh kemenangan.
- Jumlah musuh lebih besar tidak pernah membuat para pejuang sejati takut atau mundur dalam membela Islam.
0 Comments