Setelah Merdeka, bangsa asing berusaha untuk kembali menguasai wilayah Indonesia. Hal ini menyebabkan rakyat Indonesia kembali bersatu untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui berbagai pertempuran dan diplomasi.
1. Upaya Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Pertempuran
Pertempuran merupakan upaya mempertahankan kemerdekaan melalui peperangan mengangkat senjata untuk mengusir bangsa asing yang ingin kembali menguasai Indonesia.
Berikut ini beberapa pertempuran sebagai upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia:
a. Pertempuran 5 hari di Semarang.
Pada Oktober 1945 Jepang menyerang tentara keamanan rakyat (TKR) di Semarang. Tentara Jepang ingin membebaskan pasukan yang masih ditawan. Jepang juga meracuni sumber air minum di daerah Candi , Semarang. Hal ini membuat dokter Karyadi memeriksa sumber air tersebut. Namun, ia gugur sehingga menyulut kemarahan rakyat. Pertempuran pun pecah pada tanggal 15 sampai 19 Oktober 1945 di Simpang Lima.
b. Pertempuran Medan Area
Pada 9 Oktober 1945 pasukan Inggris yang dipimpin oleh T. E. D. Kelly mendarat di Medan. Pasukan Inggris datang bersama tentara NICA (Belanda) dengan tujuan membebaskan tentara Belanda yang ditawan oleh Jepang. Pada 13 Oktober 1945, tentara NICA menginjak-injak bendera merah putih. Hal ini menyebabkan pertempuran antara Tentara Indonesia dan tentara Belanda. Pada 18 Oktober 1945 sekutu meminta rakyat Indonesia menghentikan pertempuran dan menyerahkan senjata. Namun, rakyat Indonesia menolak. Pada 1 Desember 1945 sekutu memasang batas resmi daerah Medan (Fixed Boundaries Medan Area). Sekutu sengaja memasang batas untuk menetapkan secara sepihak batas kekuasaan mereka. Pemasangan batas tersebut menyebabkan pertempuran medan area.
c. Bandung Lautan Api
Pada Oktober 1945 tentara sekutu dan NICA (Belanda) memasuki Kota Bandung dan meminta Pemuda menyerahkan senjata. Namun para pemuda menolak sehingga terjadi pertempuran. Tentara sekutu berhasil menduduki Kota Bandung bagian Utara. Pada tanggal 23 Maret 1945 Sekutu mengeluarkan ultimatum untuk mengosongkan Kota Bandung bagian selatan. Demi keselamatan rakyat dan kepentingan politik RI para pejuang mematuhi ultimatum tersebut. Namun sebelum dikosongkan para pemuda membumihanguskan Kota Bandung bagian selatan. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan nama Bandung Lautan Api.
d. Pertempuran Ambarawa
Pada 20 Oktober 1945 sekutu datang ke Semarang dengan tujuan mengurus tawanan perang di penjara Ambarawa. Pasukan sekutu ternyata disusupi oleh tentara NICA. Mereka membebaskan dan memberikan senjata kepada tentara Belanda. Hal ini mengakibatkan terjadinya pertempuran pada 20 November. Pada pertempuran tersebut, Letkol Isdiman gugur pada 26 November 1945. Kolonel Sudirman menggantikan tugas untuk memimpin pertempuran Palagan Ambarawa pada 12 sampai 15 Desember 1945. Pertempuran tersebut berhasil mengalahkan tentara sekutu.
e. Pertempuran 10 November di Surabaya
Pada 18 September 1945 tentara Belanda mengibarkan bendera Belanda di atas hotel Yamato. Peristiwa ini menyulut amarah rakyat Surabaya sehingga langsung merobek warna biru pada bendera hingga menyisakan warna merah putih (warna bendera Indonesia). Tewas nya pemimpin A. W. S. Mallaby menyebabkan Sekutu memberikan ultimatum kepada rakyat Surabaya. Isi ultimatum memerintahkan rakyat Surabaya untuk menyerah dengan Tangan diatas kepala untuk menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat pada 10 November 1945.
Rakyat Surabaya menolak ultimatum tersebut. Bung Tomo memimpin rakyat Surabaya untuk mempertahankan Kota Surabaya sampai. Darah penghabisan. Bung Tomo melakukan pidato untuk mengobarkan semangat rakyat Surabaya. Pada 10 November 1945, pertempuran sengit terjadi antara sekutu dan rakyat Surabaya.
2. Upaya Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Diplomasi
Diplomasi merupakan perjuangan mempertahan kemerdekaan melalui perundingan dengan pihak lawan. Beberapa upaya mempertahankan kemerdekaan dengan diplomasi adalah sebagai berikut:
a. Perundingan Linggarjati
Pada 10 November 1946 Belanda dan Indonesia melakukan perundingan Linggarjati. Perundingan ini dilatarbelakangi upaya Inggris untuk menyelesaikan perselisihan antara Belanda dan Indonesia. Sutan Syahrir mewakili Indonesia dalam perundingan tersebut. Perundingan Linggarjati ditandatangani pada 25 Maret 1947 dengan hasil:
- Belanda hanya mengakui wilayah Indonesia meliputi Sumatera Jawa dan Madura.
- Republik Indonesia bersama Belanda bekerja sama membentuk Republik Indonesia Serikat (RIS).
- Membentuk Uni indonesia-belanda yang diketuai oleh ratu Belanda.
b. Perundingan Renville
Pada 8 Desember 1947, Belanda dan Indonesia melakukan perundingan Renville di atas kapal USS Renville milik Amerika Serikat. Perundingan ini dilatarbelakangi agresi militer Belanda satu. Indonesia mengirimkan Amir Syarifudin sebagai wakil diplomasi. Hasil perundingan:
- Belanda hanya mengakui wilayah Indonesia meliputi Jawa Tengah Yogyakarta, sebagian Jawa Barat dan Sumatera.
- Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai terbentuknya RIS.
- Republik Indonesia merupakan bagian dari Ris (Republik Indonesia Serikat).
- Tentara RI yang berada di bawah kekuasaan Belanda harus ditarik ke daerah Republik Indonesia.
c. Perundingan Roem-Royen
Pada 7 Mei 1949 ditandatangani perjanjian Roem Royen di Jakarta. Delegasi Indonesia diwakili oleh Moh. Roem dengan anggota Moh. Hatta dan Sultan Hamengkubuwono IX. Isi perjanjian Roem Royen:
- Gencatan senjata antara Indonesia dan Belanda.
- Pengembalian pemerintahan republik Indonesia ke Yogyakarta.
- Pembebasan para pemimpin Indonesia yang ditahan oleh Belanda.
- Mengadakan Konferensi Meja Bundar di Den Haag Belanda.
d. Konfrensi Meja Bundar
Pada 23 Agustus sampai 2 November 1949, Konfrensi Meja Bundar (KMB) diselenggarakan di Den Haag, Belanda. KMB merupakan tindak lanjut perjanjian Roem-Royen. Moh. Hatta mewakili delegasi dari Indonesia. Hasil KMB sebagai berikut:
- Dibentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS)
- Belanda menyerahkan kedaulatan kepada RIS pada akhir Desember 1949.
- Akan dibentuk Uni Indonesia - Belanda.
- Irian Barat akan diserahkan kepada RIS setahun setelah penyerahan kedaulatan oleh Belanda.
0 Comments